Aceh Tenggara-Liputan24jam.com
kembali berduka. Dikutip dari AJNN, sebanyak 27 desa di wilayah tersebut terendam banjir setelah hujan deras mengguyur kawasan itu selama dua hari berturut-turut. Salah satu lokasi yang paling terdampak adalah Desa Mbarung, di mana banjir mulai menggenangi rumah warga pada pukul 12.45 WIB.
Air yang terus meningkat membuat warga panik. Banyak di antara mereka terpaksa meninggalkan rumah tanpa sempat menyelamatkan harta benda. “Saya sudah dua hari tidak tidur. Hujan terus turun, air sungai semakin deras dan tidak ada yang bisa kami selamatkan. Saya hanya pasrah melihat semuanya hanyut,” ungkap Putra Tabir, salah satu warga yang menyaksikan langsung derasnya luapan Kali Alas.
Banjir kali ini juga menyeret perhatian publik karena menghantam lokasi pembangunan jembatan yang sedang dikerjakan sejak 25 Agustus dan direncanakan rampung pada 31 Desember 2025. Derasnya arus Kali Alas membuat dua excavator dan satu mobil molen hanyut terbawa banjir.
Tak hanya itu, banjir juga merobohkan pondasi jembatan yang sudah berdiri. Total kerugian dari kejadian ini diperkirakan mencapai puluhan miliar rupiah. Warga yang melihat alat berat hanyut mengatakan kejadian tersebut menjadi tontonan menegangkan di tengah kepanikan.
Robohnya jembatan membuat akses warga di sejumlah desa seperti Mbarung Datuk Saudane, Pulo Gadung, Pulo Sepang, dan wilayah sekitarnya lumpuh total. Masyarakat kini terisolasi karena tidak ada jalur alternatif yang bisa dilalui.
Sebagian warga Mbarung mengungsi ke Masjid Al-Muttaqin. Beberapa terlihat menangis saat banjir mulai memasuki rumah mereka. Kondisi ini disebut sebagai banjir terparah dalam beberapa tahun terakhir di daerah tersebut.
Warga berharap pemerintah daerah segera menyalurkan bantuan masa panik, termasuk kebutuhan pokok, selimut, dan perlindungan bagi warga yang kehilangan tempat tinggal.
( Redaksi )
